Single Wijayakusuma yang rilis pada hari ini, kamis (7/7), menjadi penanda kembalinya dua hal. Satu, label rekaman Aksara Records yang sudah lama tidak beroperasi, dan kedua Ardhito Pramono yang telah menyelesaikan masa rehabilitasinya setelah terjerat narkoba. Single tersebut diproduseri oleh Gusti Irwan Wibowo dan ditulis bersama Narpati ‘Oomleo’ Awangga.
Ardhito mulai menciptakan Wijayakusuma sejak awal 2021, ketika ia menjadi saksi penggusuran kawasan asri di Canggu, Bali, demi vila yang akan dibangun oleh warga negara asing. Awalnya, ia ingin mengkritik peristiwa tersebut lewat lagu, sebelum Oomleo membalas kritik Ardhito sebab karya-karyanya yang minim sentuhan Indonesia.
Ardhito pun menggeser perspektif idenya dan melahirkan Wijayakusuma, tembang bertema pop Indonesiana dua babak bercerita seputar eksistensial diri. Di babak pertama, Ardhito mempertanyakan makna hidup dengan iringan khidmat piano, orkestrasi yang lirih, juga muncul sahutan paduan suara.
Liriknya kemudian berkembang seiring lagunya melaju mencapai babak kedua, ketika ia mengaitkan makna hidup dengan alam semesta yang digambarkan oleh kekayaan alam maupun budaya Indonesia.
Hadirnya paduan suara, gamelan yang berbaur dengan aransemen instrumen modern, dan nyanyian sinden dari Peni Candra Rini, pelaku macapat asli Solo, membawa Wijayakusuma sekilas mengandung ‘Chrisye-ish’ atau ‘Guruh Sukarno-esque.’
“Awalnya lagu ini tidak bisa gue rekam karena gue tidak tahu cara menyanyikannya. Di-take pertama, Oomleo merasa gue tidak nyaman dan terengah-engah. Jadi yang sudah dalam versi lagunya, itu setelah melalui take ke-100 sekian,” kata Ardhito dalam siaran pers yang diterima Media Indonesia, Kamis, (7/7).
Ia pun mengaplikasikan metode satu kali rekam, demi menuai esensi olah vokal yang maksimal dalam situasi terbatas, selayaknya periode rekaman menggunakan pita.
Konsep pop Indonesiana yang diusung Ardhito menjadi salah satu pemicu untuk Hanindito Sidharta, co-founder Aksara Records, membangkitkan kembali label rekaman tersebut.
“Dulu, Aksara Records berdiri karena kami ingin mendokumentasikan band-band Jakarta yang tidak berpatokan kepada musik pop atau rock yang ada di pasar saat itu. Seperti The Brandals, The Upstairs, The Adams, dan masih banyak lagi. Sekarang, Aksara Records kembali karena kancah musik pop Tanah Air hari ini sangat seru, dengan sentuhan pop 80’an atau 70’an. Musik-musik seperti ini bahkan digemari anak-anak gen Z dan milenial,” jelas Hanin.
Aksara Records juga bakal merilis album penuh terbaru Ardhito yang direncanakan pada pertengahan Juli ini. Selayaknya Wijayakusuma, warna musik Ardhito dalam album tersebut pun akan bernuansa ala pop Indonesia lama.(M-4)
Recent Comments