DI balik tragedi runtuhnya jembatan gantung Mambulau, Muara Anjir, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, pada 21 Februari 2016, ada sosok pahlawan berkaki satu. Sebutan tersebut disematkan kepada seorang penyandang tunadaksa yang berhasil menyelamatkan seorang bayi dan ibu yang tercebur ke sungai ketika jembatan yang diseberangi ditabrak oleh kapal dan kemudian ambruk.
Sosok tersebut ialah Wahyu. Pria dari keluarga sederhana ini mengalami kecelakaan saat masih duduk di bangku SMA pada 2011 hingga kaki kirinya harus diamputasi.
Hadir di Kick Andy, Wahyu menuturkan di hari kejadian, ia terbangun dari tidur karena mendengar dentuman keras dari arah jembatan yang memang tidak jauh dari rumahnya “Ada orang teriak, ada suara menggema. Di bawah seperti kayak gempa bumi,” kenangnya.
Wahyu segera berlari terpincang-pincang ke arah Sungai Kapuas dan di sana melihat bayi serta seorang perempuan di tengah sungai. Wahyu mengaku keinginan untuk menyelamatkan para korban membuatnya lupa akan kondisi fisiknya sendiri.
Meski air sedang pasang dan arus cukup deras, Wahyu yang sehari-hari menggunakan tongkat untuk berjalan langsung melompat. “Saya lompat. Teman saya bilang, ‘Yu, jangan, Yu, mati kamu, Yu’,” kenang Wahyu. Ayahnya, yang kini sudah almarhum, pun ikut berteriak ketika ia melompat ke sungai.
Wahyu bersyukur berhasil menyelamatkan bayi dan sang ibu, dan mereka hanya mengalami luka ringan. Dalam peristiwa itu ada pula tante sang bayi ikut tercebur ke sungai, tapi dapat berenang sendiri ke tepi.
Kini keluarga korban menganggap Wahyu yang sehari-hari bekerja serabut an atau sesekali menjadi tukang parkir itu sebagai keluarga. Aksi Wahyu pun mendapat banyak pujian.
Jembatan gantung Mambulau kini sudah diperbaiki dengan konstruksi yang lebih tinggi sehingga tidak ada lagi kapal yang menyangkut. Di penghujung acara Kick Andy, Wahyu mendapat bantuan dari Kick Andy Foundation berupa kaki palsu gratis untuk menggantikan kaki palsunya yang sudah rusak. (*/M-1)
Recent Comments