Selama sebulan terakhir,.pasukan keamanan Israel membunuh 32 warga Palestina.
REPUBLIKA.CO.ID,TEPIBARAT -– Utusan PBB untuk Timur Tengah menyebut tahun ini menjadi tahun paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat sejak 2005. Berbagai kasus yang menunjukkan kekerasan fatal oleh pihak Israel disebut sebagai lonjakan besar dari kasus di tahun-tahun sebelumnya
Berbicara kepada Dewan Keamanan PBB (DK PBB) pekan ini, Koordinator Khusus untuk Proses Perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland, mengatakan lonjakan kekerasan fatal menyebabkan 2022 menjadi tahun paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat sejak 2005. Tahun 2005 disebut sebagai tahun ketika PBB mulai melacak kematian.
Dilansir dari Middle East Monitor, Ahad (30/10/2022), selama sebulan terakhir, katanya, pasukan keamanan Israel membunuh 32 warga Palestina. Termasuk enam anak-anak dan melukai 311 selama demonstrasi, bentrokan, serangan, dan operasi pencarian dan penangkapan.
Sepanjang tahun ini, serangan dan serangan Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur juga menewaskan 125 warga Palestina. Sebagai perbandingan, dua personel pasukan Israel tewas dan 25 warga sipil Israel terluka oleh warga Palestina selama pembalasan selama sebulan terakhir.
Dalam pidatonya, Wennesland menyatakan bahwa keputusasaan, kemarahan, dan ketegangan yang meningkat sekali lagi meletus menjadi siklus kekerasan mematikan yang semakin sulit untuk ditahan. Ia juga menyebut bahwa ada terlalu banyak orang, sebagian besar warga Palestina yang telah terbunuh dan terluka.
Sementara prioritas langsungnya adalah bekerja untuk menenangkan situasi dan membalikkan tren negatif di lapangan, ia menekankan bahwa tujuannya harus untuk memberdayakan dan memperkuat Otoritas Palestina dan membangun kembali ke proses politik.
“Rakyat kami, anak-anak kami, pemuda kami dibunuh, dan mereka tidak akan mati sia-sia.Apa yang terjadi selanjutnya adalah tanggung jawab Anda. Kami mengetuk setiap pintu, mencari jalan yang mengarah ke kebebasan dan martabat, keadilan dan ganti rugi, perdamaian dan keamanan bersama,” kata Duta besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour dalam pertemuan DK PBB.
“Entah kita hidup berdampingan, atau saya khawatir kita akan mati berdampingan. Bantu kami hidup. Rakyat kami tidak akan hilang, mereka tidak akan mengingkari identitas nasional mereka, mereka tidak akan menerima penaklukan. Rakyat Palestina akan bebas,” tambahnya.
Recent Comments