TEMPO.CO, Jakarta -Kepala Sub Program Studi Manajemen Bisnis Universitas Prasetiya Mulya M Setiawan Kusmulyono menuturkan strategi menyiapkan calon pengusaha muda. Para pengajar di Prasetiya Mulya, kata dia, memberikan pemahaman mengenai value atau nilai dari bisnis kepada para mahasiswa.
“Bisnis itu bisa sustainable atau bisa terus sampai masa depan, karena menghadirkan value. Tapi kadang yang sering dilupakan oleh banyak pebisnis, lupa apa itu nilai dan nilai ternyata bisa berubah,” kata Setiawan dalam diskusi di Mall of Indonesia pada Sabtu, 23 Juli 2022.
Dia mengatakan manfaat suatu produk terhadap pembeli harus lebih tinggi dari harga jual produk tersebut.
Kedua, kata dia, para mahasiswa didorong untuk memiliki visi atau mimpi bisnis ke depan. “Bagaimana mahasiswa bisa men-challenge visinya. Kami minta mereka tidak pernah puas,” ujar dia.
Menurutnya, saat ini perlu memiliki semangat berkompetisi atau memiliki daya saing. Hal itu bertujuan agar para mahasiswa atau alumni Prasetiya Mulya, bisa menjalankan bisnis secara jangka panjang.
“Yang kami bangun, visi, value, karakter. Mereka pasti yang lulusan Prasmul bilang, di Prasetiya Mulya lebih sulit daripada di dunia kerja,” kata dia.
Dia menuturkan setelah mahasiswa Prasetiya Mulya lulus, ada yang langsung usaha, bekerja, dan melanjutkan Strata Dua (S2). Namun, dia melihat pola dalam tiga hingga empat tahun setelah lulus, para alumni banyak yang kemudian mengambil jalur wirausaha juga.
“Ada yang sepenuhnya wirausaha dan ada juga yang bekerja sambil berwirausaha. Itu jumlahnya 27 persen. Rata-rata kalau di sekolah-sekolah bisnis dunia, itu rata-rata 10-11 persen,” kata dia.
Dia juga mengatakan para pengajar di Prasetiya Mulya harus membuat mahasiswa merasakan nikmatnya jadi pengusaha.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Program Wirausaha Merdeka Universitas Prasetiya Mulya Hesti Maheswari mengatakan dalam konteks pendidikan tinggi, yang namanya mahasiswa harus disiapkam lebih detail, komprehensif dan multi disiplin.
“Karena mereka harus mampu menghadapi perubahan-perubahan,” kata Hesti.
Maka, kata dia, sebuah perguruan tinggi yang dibangun harus mampu merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif, kreatif, juga muktahir. Sehingga setiap mahasiswa yang dilahirkan dapat memperoleh capaian pembelajaran yang memenuhi aspek, yaitu, sikap atau karakter yang tangguh menghadapi jatuh bangun bisnis, pengetahuan (mengelola bisnis, menemukan ide, menghadapi permasalahan bisnis), dan memiliki keterampilan.
Baca Juga: Ke Pengusaha, Zulhas: Saya Umur 21 Tahun Sudah Punya Ritel di 20 Provinsi
Recent Comments