Sri Mulyani Ungkap Alasan Defisit APBN Tak Lagi Boleh Lebih dari 3 Persen Meski Krisis Berlanjut


TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan alasan pemerintah berusaha konsisten mengembalikan defisit fiskal menjadi di bawah 3 persen pada 2023. Alasan tersebu selain karena adanya amanat Undang-undang Nomor 2 Tahun 2020.

Menurut Sri Mulyani, kondisi defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) harus dinormalkan dari yang pada 2020 menembus 6,09 persen. Dengan begitu, kepercayaan pelaku pasar keuangan global—termasuk investor—-tetap terjaga, meskipun dunia dalam kondisi krisis.

Kondisi krisis yang menyebabkan ketidakpastian itu dipicu oleh harga-harga komoditas yang meningkat pesat karena permasalahan pasokan. Beragam krisis yang muncul adalah krisis pangan, krisis energi, hingga krisis utang, yang menyebabkan banyak negara berpotensi bangkrut.

“Ini adalah sesuai dengan task force yang dibuat oleh PBB di mana mereka mengidentifikasi suasana dan situasi tantangan global ini akan berpotensi kepada tiga area krisis,” kata Sri Mulyani dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Jakarta, Rabu, 7 September 2022.

Akibat krisis ini, maka harga sejumlah barang dan jasa melonjak di saat ekonomi belum pulih. Hal tersebut ditandai dengan tingginya tingkat inflasi di berbagai negara, naiknya suku bunga acuan bank sentral, hingga keluarnya aliran modal dari negara-negara emerging market.

“Karena adanya likuiditas yang mengetat, ya memang seharusnya kita mengurangi kemungkinan gejolak itu yang bisa berimbas ke ekonomi dengan mengurangi defisit,” ujar Sri Mulyani.

Selanjutnya: “Tidak ada alasan pemerintah terus melonggarkan defisit APBN tahun depan.”





Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »