Sajak-sajak A Warits Rovi


Azab Subuh 

suaramu alun mengkidung

menjilat kening lampu-lampu

jauh melabuhi tanjung kemarau

di sudut dada kiri yang sunyi,

di jalanan, dedaun menyambutmu

dengan tasyahud rindu 

helai juntai bergelantung 

menatap bulan yang limbung, 

di bebatuan, embun memecah diri 

jadi sujud yang abadi 

mengulang bacaan tasbih berulang-ulang 

leleh ke punggung ilalang 

keduanya bersembahyang 

merapatkan kening ke ujung kelam, 

di pohonan, ranting-ranting beri’tidal 

menuding langit yang diam 

di sela safari kelelawar 

yang bertebar di retakan cahaya garis fajar 

menuju sarang di daun siwalan. 

Banjeru, 2022 

Malam Jumat 

angin tua labuh di kaca 

bulan mengeram bayangan kabut

di bukit-bukit kecil tanpa kerikil,

dalam sebaris doa 

kutanam bunga-bunga 

biar ia mencari hujan sendiri 

ke dalam hati yang sunyi, 

aku berjalan mencari gua cahaya 

pekat di kulit pepohonan 

diarsir tatap bintang-bintang, 

ya sayyidal ayyam 

biarkan puisi ini 

merumahkanmu dalam kata-kata 

agar bulan mengulang terbitnya 

dari celah daging dan tulang, 

agar kelam menyudahi sepinya 

dalam dada yang usang. 

Gaptim, 2022 

Masjid Agung Sumenep 

rinduku turuti pelipir kuning gapuramu

meliuk timbul tempelan tangan

arsitek Cina 

serupa bunga dalam jemari hujan 

tanggal lima 

menyimpan cinta yang rahasia, 

dalam perut kubah-kubah kecil 

kenangan terkucil 

sebab sejengkal ke ujung 

yang menuding langit Sumekar 

ada sisipan warna hijau 

menakar pandangan orang-orang rantau,  

masuk ke ruanganmu

pilar-pilar besar menyapa

berangkulan dengan waktu

di dalam perutnya yang sunyi

bindara Saod masih mengaji

dari zaman ke zaman, mengulang pernyataan

membuang keraguan

bahwa sebelum mihrab itu berdiri

ia mengumandangkan azan saat dini hari.

Sumenep, 2022 

 

Baca juga: Mengenang Penyair Muslim Rusia Ternama

Tausiyah untuk Ibel 

Ibel, putriku 

di tubuhmu telah kutulis alif 

tipis berharkat fathah 

dalam tingkap nadi 

yang mengalirkan darah 

dari jantung yang sunyi, 

alif pagar buana 

tempat angin istilah 

merajah wajah-wajah bunga 

dari tujuh benua, 

alif yang menjadi pohon, berakar di jiwa, berdaun di raga

berbuah dalam dada 

sekali di serat kulit lembutnya 

terkerat luka mengucur getah 

ke tanah surga, 

alif sebagai awal mula 

bibirmu mengeja kata 

dengan lafal Allah Jalalah 

Yang Maha Pencipta. 

Gaptim, 2022 

Surau 

pintuku pintamu 

wajah cat biru yang tabah 

melukis laut dan ikan-ikan, 

kau memutar engkol 

langkahmu ke dalam: 

sajadah saling bertaut bibir 

membagi kesepian yang jatuh 

sebelum subuh 

seusai rekat sujud tahajud 

menyulam kedip bintang 

ke bumi yang lengang, 

pintuku pintamu 

masuklah dengan salam 

alquran di rak kayu 

menyertaimu lunaskan rindu. 

Gaptim, 2022 

 

Baca juga: Sajak-sajak Doddi Ahmad Fauji

Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia

 

 

 

 

A Warits Rovi, pesastra, lahir di Sumenep, Madura, Jawa Timur, 20 Juli 1988. Karya-karyanya berupa puisi, cerpen, esai dan artikel dimuat di berbagai media nasional. Buku kumpulan cerpennya yang telah terbit ialah “Dukun Carok & Tongkat Kayu” (Basabasi, 2018) dan buku kumpulan puisinya “Kesunyian Melahirkanku Sebagai Lelaki” (Basabasi, 2020). Buku puisinya yang berjudul “Ketika Kesunyian Pecah Jadi Ribuan Kaca Jendela” memenangkan lomba buku puisi Pekan Literasi Bank Indonesia Purwokerto 2020. Kini, bergiat di MTs Al-Huda II Gapura. Ilustrasi header: Yopi Cahyoho



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »