Sajak-sajak A Warits Rovi
Oleh Sajak Kofe
08 Mei 2022
Azab Subuh
suaramu alun mengkidung
menjilat kening lampu-lampu
jauh melabuhi tanjung kemarau
di sudut dada kiri yang sunyi,
di jalanan, dedaun menyambutmu
dengan tasyahud rindu
helai juntai bergelantung
menatap bulan yang limbung,
di bebatuan, embun memecah diri
jadi sujud yang abadi
mengulang bacaan tasbih berulang-ulang
leleh ke punggung ilalang
keduanya bersembahyang
merapatkan kening ke ujung kelam,
di pohonan, ranting-ranting beri’tidal
menuding langit yang diam
di sela safari kelelawar
yang bertebar di retakan cahaya garis fajar
menuju sarang di daun siwalan.
Banjeru, 2022
Malam Jumat
angin tua labuh di kaca
bulan mengeram bayangan kabut
di bukit-bukit kecil tanpa kerikil,
dalam sebaris doa
kutanam bunga-bunga
biar ia mencari hujan sendiri
ke dalam hati yang sunyi,
aku berjalan mencari gua cahaya
pekat di kulit pepohonan
diarsir tatap bintang-bintang,
ya sayyidal ayyam
biarkan puisi ini
merumahkanmu dalam kata-kata
agar bulan mengulang terbitnya
dari celah daging dan tulang,
agar kelam menyudahi sepinya
dalam dada yang usang.
Gaptim, 2022
Masjid Agung Sumenep
rinduku turuti pelipir kuning gapuramu
meliuk timbul tempelan tangan
arsitek Cina
serupa bunga dalam jemari hujan
tanggal lima
menyimpan cinta yang rahasia,
dalam perut kubah-kubah kecil
kenangan terkucil
sebab sejengkal ke ujung
yang menuding langit Sumekar
ada sisipan warna hijau
menakar pandangan orang-orang rantau,
masuk ke ruanganmu
pilar-pilar besar menyapa
berangkulan dengan waktu
di dalam perutnya yang sunyi
bindara Saod masih mengaji
dari zaman ke zaman, mengulang pernyataan
membuang keraguan
bahwa sebelum mihrab itu berdiri
ia mengumandangkan azan saat dini hari.
Sumenep, 2022
Baca juga: Mengenang Penyair Muslim Rusia Ternama
Tausiyah untuk Ibel
Ibel, putriku
di tubuhmu telah kutulis alif
tipis berharkat fathah
dalam tingkap nadi
yang mengalirkan darah
dari jantung yang sunyi,
alif pagar buana
tempat angin istilah
merajah wajah-wajah bunga
dari tujuh benua,
alif yang menjadi pohon, berakar di jiwa, berdaun di raga
berbuah dalam dada
sekali di serat kulit lembutnya
terkerat luka mengucur getah
ke tanah surga,
alif sebagai awal mula
bibirmu mengeja kata
dengan lafal Allah Jalalah
Yang Maha Pencipta.
Gaptim, 2022
Surau
pintuku pintamu
wajah cat biru yang tabah
melukis laut dan ikan-ikan,
kau memutar engkol
langkahmu ke dalam:
sajadah saling bertaut bibir
membagi kesepian yang jatuh
sebelum subuh
seusai rekat sujud tahajud
menyulam kedip bintang
ke bumi yang lengang,
pintuku pintamu
masuklah dengan salam
alquran di rak kayu
menyertaimu lunaskan rindu.
Gaptim, 2022
Baca juga: Sajak-sajak Doddi Ahmad Fauji
Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia
A Warits Rovi, pesastra, lahir di Sumenep, Madura, Jawa Timur, 20 Juli 1988. Karya-karyanya berupa puisi, cerpen, esai dan artikel dimuat di berbagai media nasional. Buku kumpulan cerpennya yang telah terbit ialah “Dukun Carok & Tongkat Kayu” (Basabasi, 2018) dan buku kumpulan puisinya “Kesunyian Melahirkanku Sebagai Lelaki” (Basabasi, 2020). Buku puisinya yang berjudul “Ketika Kesunyian Pecah Jadi Ribuan Kaca Jendela” memenangkan lomba buku puisi Pekan Literasi Bank Indonesia Purwokerto 2020. Kini, bergiat di MTs Al-Huda II Gapura. Ilustrasi header: Yopi Cahyoho.
Recent Posts
- Tributes paid to Not Just Travel operations executive Kristina Janes
- Humanizing Hospitality: How to Keep Guests and Hotel Teams Happy
- It’s Not in the Guidebooks Immersive Holiday Giveaway
- Irjen Karyoto Lantik 11 Pejabat Utama Polda Metro Jaya
- Virtuoso® Names the Nine Must-Have Experiences that Should be on Every Luxury Traveller’s List for 2025
Recent Comments