JawaPos.com-Ketidakpastian diprediksi masih akan muncul pada 2023. Mulai dari inflasi tinggi, kenaikan suku bunga, risiko resesi, sampai konflik geopolitik. Awal tahun, pelaku pasar saham nampaknya akan berhati-hati.
Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee menuturkan, Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) mengumumkan jumlah penerima tunjangan meningkat 1.710 orang pekan lalu. Klaim tersebut meningkat sejak awal Oktober. Kenaikan klaim pengangguran mingguan yang cukup moderat memberikan sinyal kepada investor bahwa perlambatan ekonomi AS kemungkinan besar tidak seperti yang ditakutkan sebelumnya. ’’Istilahnya hanya mengalami soft landing tidak hard landing,” terang Hans kepada Jawa Pos, Minggu malam (1/1).
Angka pengangguran tetap di level 3,7 persen. Pasar tenaga kerja yang tetap kuat di tengah kenaikan suku bunga agresif The Federa Reserve (The Fed) menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar. Yakni, bank sentral masih punya ruang melakukan pengetatan secara agresif.
Mengingat, bila angka pengangguran tetap rendah maka inflasi akan tinggi. Sedangkan, jika angka pengangguran meningkat maka inflasi akan cenderung turun. “Ini yang membuat pelaku pasar khawatir The Fed tetap agresif menaikan suku bunga bila pengangguran AS tidak di atas 5 persen,” terang dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Trisakti itu.
Dari Asia, Tiongkok kembali melonggarkan pembatasan ketatnya. Pemerintah tidak lagi mewajibkan pelancong yang masuk untuk melakukan karantina mulai 8 Januari. Hanya saja, langkah itu menimbulkan lonjakan infeksi Covid-19.
Berita tersebut membuat sejumlah negara memberlakukan aturan perjalanan baru pada pengunjung asal Tiongkok. Seperti AS dan Jepang yang telah mewajibkan tes PCR. Kekhawatiran turut meningkat terkait perjalanan masif secara nasional memperingati Tahun Baru Imlek yang jatuh pada 22 Januari 2023 mendatang.
Hans menilai, Tiongkok mungkin dalam situasi yang sulit. Ketidakpastian masih tinggi tahun ini. “Makanya, IHSG berpotensi support di level 6.838 sampai 6.786 dan resistance di posisi 6.888 sampai 6.953 di hari pertama perdagangan bursa saham 2023,” ungkapnya. (*)
Recent Comments