PENINGKATAN temperatur rata-rata di bumi akibat perubahan iklim saat ini diketahui berdampak pada kualitas tidur manusia. Hal itu diketahui dari hasil penelitian yang dilakukan tim ilmuwan dari University of Copenhagen, Denmark.
Peningkatan suhu bumi membuat malam hari menjadi lebih panas. Itu menjadi hal utama yang membuat kualitas tidur terganggu, akhirnya jam tidur menjadi berkurang.
Dilansir dari theguardian.com, Senin, (23/5), dijelaskan penelitian tersebut sebelumnya diunggaj di jurnal One Earth pada Mei 2022. Data penelitian dikumpulkan pada tahun 2015 – 2017. Penelitian melibatkan warga dari negara-negara maju di Eropa serta Tiongkok dan beberapa negara berkembang seperti India dan Kolombia.
Kepala peneliti penelitian tersebut, Kelton Minor, mengatakan saat akan tertidur di malam hari, secara natural tubuh manusia harus lebih dulu melakukan penurunan suhu untuk menghadirkan hawa sejuk yang membuat nyaman. Dengan peningkatan suhu saat ini, hal itu sulit terjadi secara alami.
Selama dia tahun penelitian, diketahui rata-rata setiap orang di bumi kekurangan setidaknya 44 jam tidur setiap tahun. Dampak suhu tinggi pada gangguan tidur itu lebih banyak terjadi pada perempuan. Itu karena secara umum perempuan memiliki massa lemak yang lebih tinggi dari lelaki, sehingga membuat proses pendinginan lebih sulit.
Selain itu, yang paling terpengaruh lagi adalah kalangan lansia. Seperti diketahui lansia memiliki metabolisme yang sudah melambat. Dengan kondisi lingkungan yang tak mendukung kenyamanan, tidur yang berkualitas akan semakin sulit didapat.
“Masyarakat dari kalangan ekonomi rendah akan lebih besar terdampak karena akses mereka menggunakan teknologi seperti pendingin ruangan juga lebih sedikit,” ujar Minor. Meski begitu, ia mengatakan masih dibutuhkan lebih banyak penelitian dan data pendukung, khususnya dari masyarakat negara berkembang dan miskin. (M-1)
Recent Comments