Tiga bersaudara keluarga R. Nurima, wisatawan Indonesia berliburan sekolah di Jepang ( Foto. dok.pribadi)
TOKYO, bisniswisata.co.id: Jepang memiliki lebih dari tiga juta pengunjung selama tiga bulan berturut-turut pada bulan Mei, data resmi menunjukkan karena melemahnya yen membantu melanjutkan rekor laju pariwisata inbound dari mancanegara termasuk Indonesia, India, UAE
Negara ini mempunyai beberapa langkah untuk memerangi overtourism karena jumlah pengunjung tetap tinggi. Jumlah pengunjung asing untuk keperluan bisnis dan liburan adalah 3,04 juta pada bulan ketiga tahun 2024 ini.
Tetapi tetap stabil dari tingkat pada bulan April, dan sedikit turun dari rekor bulanan sepanjang masa pada bulan Maret, menurut data dari Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO).
Kunjungan wisatawan pada bulan Febuari meningkat 60 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan 9,6 persen lebih tinggi dibandingkan bulan Mei 2019. Jepang mencatat rekor jumlah pengunjung sebanyak 31,9 juta orang pada tahun 2019 sebelum pandemi COVID-19 menutup perbatasan global.
Wisatawan Tiongkok, yang sebelumnya merupakan kelompok wisatawan Jepang terbesar, masih 30 persen lebih rendah dibandingkan tingkat sebelum pandemi. Namun wisatawan dari negara lain justru mengalami penurunan, seperti pengunjung dari India yang mencapai rekor bulanan pada bulan Mei.
Seorang pekerja mengarahkan wisatawan di antrean check-in untuk penerbangan Japan Airlines ke Tokyo di Bandara Internasional Ibu Kota Beijing (Foto: The Associated Press).
Dalia Feldman, direktur pemasaran Tourist Japan, mengatakan perusahaannya mengalami peningkatan permintaan dari India sebesar 11 kali lipat pada tahun lalu, sementara permintaan dari Uni Emirat Arab meningkat hampir delapan kali lipat.
Tampaknya masakan Jepang dan pemandangan alamlah yang paling menarik perhatian mereka, tambahnya.
“Sebagian besar pelanggan kami di India dan UEA akan meminta untuk memasukkan lebih banyak tour kuliner ke dalam rencana perjalanan mereka serta perjalanan eksternal ke daerah terpencil dan indah.” kata Dalia Feldman.
Wisatawan berjalan melalui kawasan pejalan kaki yang dipenuhi oleh-oleh. Toko-toko yang mengarah ke kuil Buddha Sensoji di distrik Asakusa yang terkenal di Tokyo (Foto: The Pers ).
Lemahnya yen, yang berada pada level terendah dalam 34 tahun terhadap dolar, membantu memicu ledakan pariwisata di Jepang.
Hal ini merupakan kabar baik bagi perekonomian, karena wisatawan menghabiskan pengeluaran sebesar 1,75 triliun yen (US$11,1 miliar) pada kuartal pertama tahun 2024, menurut JNTO.
Namun kedatangan wisatawan ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya “overtourism” di tempat-tempat wisata yang ramai dikunjungi.
Walikota Himeji di Jepang bagian barat melontarkan gagasan untuk membebankan biaya tiga kali lipat dari standar biaya 1.000 yen kepada orang asing untuk memasuki kastil era samurai yang terkenal di kota tersebut, surat kabar Asahi melaporkan.
Saat menjelaskan tarif baru untuk mengekang kepadatan di Gunung Fuji yang merupakan tempat suci di Jepang, Gubernur Prefektur Yamanashi, Kotaro Nagasaki, mengatakan kepada wartawan minggu ini bahwa negaranya harus fokus untuk menarik “pengunjung dengan pengeluaran lebih tinggi” dibandingkan jumlah orang yang banyak.
Recent Posts
- Smaller businesses ‘more fearful and cautious’, Aito conference warned
- RK Janji Permudah Izin Dirikan Rumah Ibadah Semua Agama Jika Menang
- Colliers Quick Hits | From Travel Volumes to Labor Costs: 10 Trends Driving Hospitality Toward 2025
- Donald Trump watches SpaceX launch with Elon Musk, but test flight does not go as planned | US News
- Remaja Asal Bandung Jadi Korban TPPO di Saudi, Terlena Iming-iming Gaji
Recent Comments