TEMPO.CO, Jakarta – Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir menilai tekanan inflasi Amerika Serikat pada ekspor Indonesia tidak akan berpengaruh pada neraca perdagangan Tanah Air.
“Neraca perdagangan masih surplus untuk Indonesia. Diperkirakan masih besar dan tidak jauh berbeda karena faktor kenaikan harga,” tutur Iskandar saat dihubungi Tempo pada Ahad, 24 Juli 2022.
Ia berujar Indonesia banyak mengekspor komoditas dan barang yang memang dibutuhkan perekonomian oleh Amerika. Namun menurutnya, kalaupun terjadi pelemahan permintaan di Amerika, Indonesia masih mendapatkan gain atau nilai ekspor yang lebih besar.
Selain itu, Iskandar mengatakan pemerintah telah menyiapkan strategi untuk menaikan permintaan masyarakat domestik terhadap komoditas. Menurutnya, empowering domestic demand merupakan kebijakan alternatif yang efektif seandainya terjadi pelemahan permintaan global.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal juga memprediksi hal yang sama. Ia memperkirakan tingginya inflasi di Amerika tidak akan terlalu mengganggu neraca perdagangan Indonesia.
“Kalau neraca perdagangan saya rasa tetap surplus semester kedua,” ucapnya pada Tempo, Ahad, 24 Juli 2022.
Hanya saja, kata dia, nilai surplusnya menyempit lantaran sudah sejalan dengan proyeksi perlambatan ekonomi global dan inflasi. Menurutnya, kedua faktor itu sudah pasti menurunkan pertumbuhan permintaan negara-negara terutama dari negara maju. Khususnya, permintaan Amerika terhadap produk-produk impor termasuk dari Indonesia.
Meski inflasi Amerika Serikat membuat ekspor Indonesia ke negara itu lesu, menurutnya masih banyak alternatif negara lain untuk tujuan ekspor. Ia menyebutkan negara-negara yang potensial sebagai tujuan ekspor di antaranya, Cina, negara-negara Eropa, India, Jepang, dan negara di ASEAN. Selain itu, Indonesia juga bisa mengksplor peluang ekspor ke negara-negara Timur Tengah, Afrika, Eropa Timur, dan Amerika Latin.
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyatakan neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2022 surplus US$ 5,09 miliar. Angka itu jauh lebih tinggi dari surplus bulanan pada Mei 2022, sebesar US$ 2,9 miliar. Realisasi tersebut merupakan surplus neraca dagang 25 bulan berturut-turut.
“Untuk nonmigas kita surplus sebesar US$ 7,23 miliar pada Juni 2022,” ujarnya dalam konferensi virtual pada Jumat, 15 Juli 2022.
Margo menyebutkan tiga negara tujuan yang mengalami surplus neraca perdagangan terbesar dengan Indonesia pada Juni 2022, yaitu India, Amerika Serikat, dan Filipina. Sementara itu, tiga negara yang mencatat defisit neraca perdagangan, yaitu China, Australia, dan Argentina.
RIANI SANUSI PUTRI
Baca: Ekonom Ingatkan Tiga Risiko Inflasi AS Terhadap Perekonomian Indonesia
Recent Comments