TRIBUNJABARID,BANDUNG– Literatur tentang pemikiran Ir Soekarno kini bertambah dengan lahirnya buku Merahnya Ajaran Bung Karno, Narasi Pembebasan Ala Indonesia karangan Airlangga Pribadi Kusman.
Kehadiran buku tersebut sebagai upaya untuk membumikan gagasan Bung Karno. Sehingga, pemikirannya di era modern ini, tidak jadi sesuatu yang indah di langit, namun juga bisa menjawab tantangan Indonesia ke depan.
“Buku ini mendekatkan generasi muda, mahasiswa dan semua kalangan dengan pemikiran Bung Karno. Termasuk membumikan gagasannya dalam menjawab tantangan Indonesia ke depan. Jika dulu lewat kiprahnya Bung Karno membawa Indonesia merdeka, dengan gagasannya lah saat ini kita akan menghantarkan Indonesia menuju kejayaan,” kata Apriyanto Wijaya, Wakil Ketua DPD PDIP Jabar, dalam bedah buku tersebut di Gedung Indonesia Menggugat, Sabtu (15/7/2023).
Jaringan Milenial Kebangsaan (Jari Bangsa) dan Yayasan Amanat Pendidikan Rakyat, jadi penyelenggara gelaran bedah buku tersebut, dengan moderator Rafih Wulandari.
Pengamat pertahanan dan geo politik Connie Rahakundini Bakrie memantik diskusi tersebut. Hadir pula Wintohari Danialdi selaku Peneliti Forum Studi Asia Afrika, Wakil Ketua DPD PDIP Jabar Apriyanto Wijaya hingga para Soekarnois di Jabar seperti Fidel Dapati Giawa.
“Buku ini membingkai kerangka intelektual dalam memahami pemikiran dan gagasan besar Bung Karno, kami gelar bedah buku ini ke hadapan 200 mahasiswa yang hadir,” ujar Januriadi.
Bagi Airlangga, bukunya ini tidak lahir dari pengalaman intelektual dan rasionalitasnya sebagai dosen ilmu politik Universitas Airlangga.
Namun, gagasan buku ini sudah lahir di alam pikirannya sejak dia kecil, yang hidup di tengah keluarga yang mengagumi Bung Karno.
“Sejak saya SD, saya selalu penasaran dengan isi lemari pakaian keluarga, terlihat satu buku tebal yang disimpan rapi berjudul Di Bawah Bendera Revolusi (Buku Karangan Bung Karno). Saya selalu bertanya namun mama saya menjawab dengan sstt. Ketika saya tanya bapa, dijawab nanti akan tahu saat dewasa,” kata Airlangga.
Ditambah lagi, di masa orde baru, ia yang hidup di tengah keluarga yang sangat Soekarnois, kerap terancam oleh rezim, nama Bung Karno semakin dalam hidup di alam pikirannya. Termasuk saat Airlangga dewasa.
Airlangga Pribadi Kusman menyampaikan bahwa tujuan dalam bukunya hendak mengurai gagasan dan ajaran Bung Karno secara non dogmatik.
Yakni, dengan menelusuri algoritma sosial dan rasionalitas dari metode berpikir Sukarno yang berpijak pada landasan ekonomi-politik dan historis struktural yang kuat.
Sementara itu, Connie Bakrie menilai, ide-ide Bung Karno merupakan kekuatan pikiran, kekuatan imajinasi yang mampu diejawantahkan dengan membawa Indonesia merdeka.
“Sekarang ini kita butuh figur Bung Karno. Ajaran Bung Karno ini sangat relevan dengan situasi politik, ekonomi, sosial serta pertahanan dan keamanan saat ini, terutama dalam membangun bangsa yang lebih kuat dan mampu bersaing dalam menghadapi berbagai tantangan global seperti krisis politik di berbagai wilayah,” kata dia.
Dia menyebut, Indonesia saat ini menghadapi ancaman pertahanan dan keamanan. Sedangkan, di sisi lain, pertahanan dan keamanan adalah syarat bagaimana sebuah negara bisa menjadi kuat selain dari segi ekonomi dan politik.
Menurut Wintohari Danialdi, Buku Airlangga Pribadi adalah buku paling egois karna sangat ambisius menelanjangi semua gagasan Bung karno dari segala perspektif.
“Merahnya Ajaran Sukarno menyodorkan suatu energi intelektual yang solid dan komprehensif tentang Sukarno ditinjau dari dimensi rasionalitas pemikiran, praksis politik maupun kontekstualisasinya pada era sekarang,” kata dia.
Recent Posts
- Danny Pomanto Sebut Banjir di Makassar Kali Ini Cukup Parah
- Scenic Group reveals new year cruise offers
- Kemenekraf Proyeksikan Tiga Tren Ekonomi Kreatif pada 2025
- HOTLIST 2024 Successfully Concludes Its Official Event Series
- Albania to ban TikTok for a year as PM Edi Rama claims app inciting violence and bullying | World News
Recent Comments