MAGELANG, bisniswisata.co.id: SEBANYAK 54 seller se Nusantara, 80 selected buyers off-line, 500 buyers on-line ambil bagian secara aktif dalam tabletop yang diselenggarakan Indonesia In-bound Tour Operator Association (IINTOA) di Atria Hotel Magelang, Selasa (28 Juni).
Table-top merupakan salah satu upaya promosi yang mempertemukan seller dengan buyer untuk bersinergi, berkolaborasi usaha dengan tujuan membangun kembali kepariwisataan Indonesia. Setelah lebih dari 2,5 tahun dibatasi ruang gerak sebagai akibat pandemi – dan masih ada—diperlukan komitmen bersinergi dan berkolaborasi memulai kinerja kepariwisataan dunia.
“Mengkaji ulang semua dimensi produk kepariwisataan, memanggil kembali pasar dan merencanakan kembali kunjungan ke destinasi yang “terhibernasi” pandemi. Dan 60 persen buyer “belum” mengenal potensi Joglosemar,” papar Ketua DPP IINTOA Paul E Tallo.
Tabletop IINTOA JOGLOSEMAR, tidak sekadar mempertemukan seller dan buyer produk kepariwisataan, juga mengedepankan upaya sosialisasi, mempromosikan keberadaan destinasi wisata dan produk jasa kepariwisataan Indonesia. Menggali dan meningkatkan aset budaya daerah sebagai modal bagi pembangunan pariwisata, serta meningkatkan kunjungan wisatawan Nusantara maupun wisatawan mancanegara. Memberikan kesempatan kepada para pengusaha dan produsen untuk dapat mempromosikan produknya secara ekonomis dan tepat sasaran. Serta dijadikan sebagai sarana untuk menyelenggarakan riset pasar pra kondisi jangka
panjang.
Mendatangkan Devisa
Sebagai asosiasi dengan dimensi “mendatangkan” wisatawan ke Indonesia, IINTOA mengingatkan semua pihak terkait bahwa kepariwisataan memiliki arti yang sangat luas, dan bukan hanya sekedar bepergian saja. Kepariwisataa, berkaitan dengan obyek dan daya tarik wisata yang dikunjungi, sarana tansportasi, pelayanan, akomodasi, restoran dan rumah makan, hiburan, interaksi sosial antara wisatawan dengan penduduk setempat serta usaha pariwisata.
Kegiatan kepariwisataan adalah kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan sebuah negara. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial
budaya, ekonomi dan politik. Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa.
Lebih jauh disampaikan Ketua DPD IINTOA, pariwisata dapat dipandang sebagai suatu bidang dan dimensi dengan jutaan interaksi, kebudayaan dengan sejarahnya, kumpulan pengetahuan, dan jutaan orang yang merasa dirinya sebagai bagian dari dimensi ini, sehingga pariwisata sebagai konsep dapat dipandang dari berbagai perspektif yang berbeda. Indonesia memiliki kekayaan daerah wisata dan tersebar ke seluruh propinsi baik wisata alam maupun wisata budaya.
“Kondisi tersebut harus dibarengi dengan usaha-usaha terkait dengan bagaimana merencanakan, merumuskan dan melaksanakan kegiatan marketing produk yang ditawarkan kepada wisatawan secara efektif dan efisien,” jelasnya.
Strategis
Kepariwisataan merupakan sektor penting untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber
pendapatan nasional maupun daerah. Untuk memperbesar pendapatan nasional ini, program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Usaha ini melibatkan para pemangku kepentingan (stake holder) yang terdiri dari pemerintah dan para pengusaha- pengusaha swasta di sektor kepariwisataan seperti pengusaha hotel, restoran, biro perjalanan
dan lain-lain, sementara itu sebagai pelanggan atau pembeli adalah para wisatawan itu sendiri baik itu yang berasal dari mancanegara maupun nusantara.
Sebagai pengelola badan promosi daerah, menurut Ketua BPPD Sleman – Agung Sasongko, pariwisata tanpa kegiatan promosi adalah “sia-sia”. Untuk meningkatkan penjualan kepariwisataannya baik negara maupun daerah harus melakukan promosi menarik sebanyak-banyaknya wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara ke daerah
tujuan wisata masing-masing sehingga tujuan dari pariwisata sebagai kegiatan multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan sebuah negara dapat mensejahterakan masyarakat Indonesia.
BPPD Sleman, DIJ mengakui kegiatan table-top merupakan salah satu upaya promosi mempertemukan sellers dengan buyers untuk dapat melakukan sinergi usaha dan memperkuat networking sesama pelaku pariwisata.
Famtrips Akurasi Produk
IINTOA JOGLOSEMAR table-top dilengkapi dengan serangkaian acara kunjungan ke destinasi wisata sebagai bagian dimensi akurasi produk. Pasalnya, menurut badan kepariwisataan dunia UNWTO, keberhasilan “memulai” kembali kinerja kepariwisataan dunia tidak hanya ditentukan dengan menghapus pembatasan gerak perjalanan wisata. Keberhasilan juga ditentukan oleh kualitas keberlanjutan pengelolaan objek kunjungan, pemberdayaan potensi secara fisik, SDM.
Menurut Ketua Penyelenggara IINTOA Table-Top JOGLOSEMAR(27-30 Juni), Joko P, kurasi produk dilaksanakan di desa wisata Candirejo, desa wisata Grogol Sleman, desa wisata Poncoh Turi. *
Recent Comments