Dua Bayi Prematur di Gaza Meninggal, Dokter Israel:  Ini Hukuman Kolektif


DUA bayi prematur meninggal dan 37 bayi prematur lainnya menunggu ajal di RS Al-Syifa, rumah sakit terbesar di Gaza, Palestina, pada hari Sabtu (11/11). Dokter untuk Hak Asasi Manusia Israel mengatakan hal itu bukan bencana kemanusiaan, melainkan hukuman kolektif.

Hal itu terjadi setelah kompleks RS Al-Shifa dikepung dan dibombardir tentara zionis Israel, Jumat (10/11) malam, hingga menewaskan puluhan pengungsi di dalamnya. Israel juga masih memutus listrik, air, makanan dan akses bahan bakar.

“Akibat kekurangan listrik, kami dapat melaporkan bahwa unit perawatan intensif neonatal berhenti berfungsi. Dua bayi prematur telah meninggal, dan terdapat risiko nyata terhadap nyawa 37 bayi prematur lainnya” di rumah sakit Al-Shifa, kata kelompok dokter Israel dalam sebuah pernyataan.

Baca juga : Viral Surat 100 Dokter Israel Minta Rumah Sakit Gaza Dibom

Tidak ada bahan bakar yang masuk ke Gaza selama lebih dari lima minggu perang, menyebabkan banyak rumah sakit dan klinik yang mengandalkan generator ditutup.

“Rumah sakit dikepung, tidak ada pilihan untuk membawa masuk jenazah dan orang-orang yang terluka tergeletak di luar. Tidak ada pergerakan masuk atau keluar dari rumah sakit,” kata dokter untuk Hak Asasi Manusia Israel itu.

Baca juga : Direktur RS Indonesia: Dunia Mendadak Tuli dan Bisu atas Kebiadaban Israel

Militer Israel membantah adanya pengepungan di rumah sakit tersebut, tempat ribuan warga berlindung, saat pasukan memerangi militan Palestina di daerah tersebut.

Suara tembakan dan ledakan keras terdengar sepanjang hari Sabtu dari kamera langsung AFP, yang terletak beberapa ratus meter dari rumah sakit Al-Shifa.

“Gambaran yang kita lihat sekarang di Shifa bukan lagi sebuah bencana kemanusiaan – ini adalah hukuman mati kolektif,” kata Dokter untuk Hak Asasi Manusia Israel. (AFP/Z-4)

DUA bayi prematur meninggal dan 37 bayi prematur lainnya menunggu ajal di RS Al-Syifa, rumah sakit terbesar di Gaza, Palestina, pada hari Sabtu (11/11). Dokter untuk Hak Asasi Manusia Israel mengatakan hal itu bukan bencana kemanusiaan, melainkan hukuman kolektif.

Hal itu terjadi setelah kompleks RS Al-Shifa dikepung dan dibombardir tentara zionis Israel, Jumat (10/11) malam, hingga menewaskan puluhan pengungsi di dalamnya. Israel juga masih memutus listrik, air, makanan dan akses bahan bakar.

“Akibat kekurangan listrik, kami dapat melaporkan bahwa unit perawatan intensif neonatal berhenti berfungsi. Dua bayi prematur telah meninggal, dan terdapat risiko nyata terhadap nyawa 37 bayi prematur lainnya” di rumah sakit Al-Shifa, kata kelompok dokter Israel dalam sebuah pernyataan.

Baca juga : Viral Surat 100 Dokter Israel Minta Rumah Sakit Gaza Dibom

Tidak ada bahan bakar yang masuk ke Gaza selama lebih dari lima minggu perang, menyebabkan banyak rumah sakit dan klinik yang mengandalkan generator ditutup.

“Rumah sakit dikepung, tidak ada pilihan untuk membawa masuk jenazah dan orang-orang yang terluka tergeletak di luar. Tidak ada pergerakan masuk atau keluar dari rumah sakit,” kata dokter untuk Hak Asasi Manusia Israel itu.

Baca juga : Direktur RS Indonesia: Dunia Mendadak Tuli dan Bisu atas Kebiadaban Israel

Militer Israel membantah adanya pengepungan di rumah sakit tersebut, tempat ribuan warga berlindung, saat pasukan memerangi militan Palestina di daerah tersebut.

Suara tembakan dan ledakan keras terdengar sepanjang hari Sabtu dari kamera langsung AFP, yang terletak beberapa ratus meter dari rumah sakit Al-Shifa.

“Gambaran yang kita lihat sekarang di Shifa bukan lagi sebuah bencana kemanusiaan – ini adalah hukuman mati kolektif,” kata Dokter untuk Hak Asasi Manusia Israel. (AFP/Z-4)





Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »