Berikut adalah jawaban dari masing-masing pasangan calon itu:
Acep-Gita Luncurkan Program Jayanti untuk Para Pelaku Industri Kreatif
Pasangan calon nomor urut 1, Acep Adang Ruhiyat dan Gitalis Dwi Natarina pada akhir debat meluncurkan program Jayanti, Jaminan Layanan Industri Kreatif.
Gita menjelaskan, program ini berisi seabrek rencana mulai membangun gedung kreatif hingga memberi beasiswa untuk para pelaku seni.
“Program utama Jayanti: 27 gedung kreatif terpadu, di antaranya 5 bertaraf internasional, inkubator kreatif untuk pelaku budaya kreatif. hibah dana kreatif, bantuan dana hibah untuk dukung proyek seni dan usaha kreatif, dan beasiswa untuk pelaku seni budaya,” ucap Gita.
Jeje-Ronal Ambil Falsafah Cirebon untuk Majukan Budaya Jawa Barat
Pasangan calon nomor urut 2, Jeje Wiradinata dan Ronal Surapraja mengambil falsafah asal nama Cirebon, yang berasal dari kata Caruban, artinya bersatu padu.
Dengan falsafah itu, mereka berharap mampu mewujudkan inovasi budaya Jawa Barat yang maju dalam keberagaman.
“Dengan konsep itu, maka pembangunan yang akan kami lakukan budaya, keragaman ,suku agama, dan hidup berdampingan. Membangun budaya inovatif, budaya Jawa Barat, gemah ripah, repeh, rapih. Itu yang dimaksud Jabar untuk semua,” ucap Ronal.
Syaikhu-Habibie Ingin Singkirkan Intoleransi dari Jawa Barat
Pasangan calon nomor urut 3 Ahmad Syaikhu dan Ilham Habibie menitikberatkan pembangunan inovasi budaya Jawa Barat dari aspek-aspek keragaman. Maka, mereka harus menyingkirkan segala bentuk intoleransi yang mengancam.
Bagi mereka, intoleransi adalah hambatan bagi pembangunan Jawa Barat.
“Akibat intoleransi bisa jadi penghinaan dan kegaduhan, nanti tak bisa kerja sama. Yang diperlukan adalah menciptakan suasana kondusif untuk pencipta, pelaku, dan pengguna inovasi kerja sama, agar kita bisa menyelesaikan masalah dan jawab tantangan masa mendatang,” ucap Ilham.
Dedi-Erwan: Kembalikan Fungsi Pembangunan pada Habitatnya!
Pasangan calon nomor urut 4, Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan punya pandangan untuk mengembalikan fungsi-fungsi pembangunan pada habitatnya. Mereka melihat, di Jawa Barat sekarang telah terjadi penggundulan hutan, dan sawah-sawah yang tergusur atas nama pembangunan.
Maka, untuk mewujudkan Jawa Barat sesuai ideal mereka, fungsi pembangunan harus kembali ke habitatnya.
“Diperlukan kebijakan yang fundamen, yakni mengembalikan Jabar pada jati dirinya, jati diri masyarakat hutan, jati diri masyarakat perkotaan, jati diri pesisir, dan jati diri masyarakat persawahan,” kata Dedi.
Mereka melempar jargon ‘Lembur Diurus, Kota Ditata’, harapannya dengan penataan itu, ekonomi dari masing-masing masyarakat akan ikut bergerak.
“Kalau sudah kembali, maka angka ekonomi akan tumbuh seiring pertumbuhan kebudayaan masyarakat itu sendiri,” kata Dedi.
Recent Posts
- Danny Pomanto Sebut Banjir di Makassar Kali Ini Cukup Parah
- Scenic Group reveals new year cruise offers
- Kemenekraf Proyeksikan Tiga Tren Ekonomi Kreatif pada 2025
- HOTLIST 2024 Successfully Concludes Its Official Event Series
- Albania to ban TikTok for a year as PM Edi Rama claims app inciting violence and bullying | World News
Recent Comments