UNGARAN, Semarang, bisniswisata.co.id: Hujan gerimis menyambut saat rombongan wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ( Parekraf) tiba di Kampoeng Kopi Banaran. Frina Bonita, General Manager, selaku tuan rumah menyapa rombongan kami dengan hangat.
Saya langsung mencari mushola untuk sholat Ashar dan berpisah dengan rombongan. Begitu kembali ke cafe tempat semula berkumpul rupanya teman-teman sudah keliling area kampoeng dengan jeep.
Frina Bonita langsung menemani sambil memyeruput kopi dan snack. ” Area ini merupakan kawasan terintegrasi yang memiliki fasilitas lengkap dengan akses terjangkau,” ujarnya.
Kampoeng Kopi Banaran ini terletak di area Perkebunan Kopi Kebun Getas Afdeling Assinan, tepatnya Jalan Raya Semarang – Solo Km. 35. Lokasinya mudah dijangkau, baik melalui jalan nasional ataupun jalan tol.
Jika diakses dari jalan nasional hanya lima menit dari Terminal Bawen arah ke Salatiga, sedangkan dari Gerbang Tol Bawen kurang lebih juga sama waktu tempuhnya.
Meski terletak di tengah kota, lokasi kawasan dengan ketinggian 480 – 600m di atas permukaan laut (dpl) ini memiliki suhu udara sejuk antara 23ºC – 27ºC.
Saat rombongan kembali, hujan rintik dan kabut menghalangi pemandangan ke tujuh gunung dengan Rawa Pening di kejauhan. Tujuh gunung itu meliputi Gunung Merbabu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Andong, Gunung Ungaran, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran.
Untuk menikmati pemandangan Rawa Pening yang demikian luas, wisatawan yang berkunjung bisa menikmati pemandangan langsung ke Rawa Pening dari atas ketinggian restoran Sky View.
“Sky View punya spot-spot foto favorit, bisa makan atau menikmati hidangan unik sekaligus menikmati pemandangan alam yang luar biasa,” kata Frina.
Sky View, tempat santap kuliner. menikmati hiburan dan keindahan alam dan
Frina dengan semangat bercerita bahwa kelonggaran pasca pandemi dioptimalkan lagi dengan menjaring tamu dari kalangan komunitas dan membuat berbagai macam event.
Bagi yang datang bersamal keluarga, ada beberapa aktivitas yang bisa dijajal. Mulai dari arena bermain anak (play ground), ruang rapat, jogging track, outbound team building, pre-wedding, kolam renang, gazebo, mushala, ballroom, family gathering, kebun buah, lapangan tenis, serta Jelajah Kebun dengan ATV, Off Road dan kereta wisata.
Maklum kampoeng Kopi Banapran ( KKB) fasilitasnya berdiri di tengah kebun kopi seluas 40 hektar milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX. Kini Dyandra Promosindo ( Kompas Gtoup) dipercayakan mengelola kawasan yang kini menyasar , wisatawan Milenial
Hari sudah malam ketika rombongan kami dibagi dua untuk menginap di area perkebunan kopi ini. Sebagai warga senior saya pilih bermalam di villa ketimbang di kemah. Villa tiga kamar yang ada ruang tamu, ruang makan layaknya rumah tinggal.
Terbayang kumpul dengan lima orang anggota rombongan pers seru kali ngobrol sampai tengah malam apalagi sudah dua tahun lebih tidak berwisata bersama akibat pandemi.
Udara segar kebun kopi
Jalan pagi menjadi aktivitas bersama rekan media Yeffi Rahmawati menjadikan kami orang pertama yang keluar dari villa. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 7.00 WIB meski matahari belum bersinar terang.
Berdiri di tengah kebun kopi yang luas ini mengasyikkan karena lingkungan yang hijau dan tidak melulu berisi tanaman kopi tapi juga ada kebun buah seperti jeruk Bali maupun jeruk biasa.
Kampoeng Kopi Banaran tidak hanya menyediakan kopi yang terbaik, tetapi sekaligus juga edukasi bagi pengunjung yang ingin mengetahui seluk beluk tanaman kopi.
Tamu bisa didampimgi oleh guide yang bisa menjelaskan bagaimana budidaya tanaman kopi ini mulai cara tanamnya, panen, produksi, hingga kopi tersaji dalam sebuah cangkir.
Cerita Frina, jika tamu yang menginap atau pengunjung mau berkeliling kebun kopi sudah disediakan kereta wisata arau maik jeep offroad seperti saat rombongan tiba. Untuk satu kereta wisata berkapasitas paling banyak 6 orang. Pengunjung akan diajak berkeliling kebun sekitar 30 hingga 45 menit,ungkapnya.
Pagi ini kami beruntung bisa bertemu dengan rombongan ibu-ibu petani yang merawat pohon kopi. Yeffi tidak menyiakan kesempatan dan langsung berfoto Ria. Sebenarnya saat Check-in menjelang malam, saya sudah tertarik dengan konsep Barbeque Camp. Untuk urusan kuliner di sini juga ada Kafe Banaran 9 dan Banaran Sky View
Pagi ini langkah kaki langsung menuju Barbeque Camp, berkonsep angkringan modern. Mulai buka sore jam 15.00 dan tempat ini untuk menikmati menu barbeque dan steamboat dibalut suasana camping yang menyatu dengan alam.
Meski kami datang diawal hari dan suasananya sepi tapi terbayang tempat ini bisa menjadi lokasi andalan berkumpul bersama sahabat, kerabat, dan komunitas. Kami berdua betah berlama-lama di area barbeque dengan tenda kecil warna-warni sekaligus istirahat sejenak.
Tanaman hias yang berada disekeliling BBQ camp juga tidak luput dari bidikan kamera Yeffi. Kami lalu mencari area Coffee Camp tempat sebagian rekan-rekan media menginap di bawah tenda.
Coffee Camp
BBQ Camp
Menurut Frina, area Coffee Camp diluncurkan karena berdasarkan survei Litbang Kompas di tengah pandemi COVID -19, tren wisata dengan konsep outdoor sangat diminati para traveller.
“Coffee Camp ini cocok bagi pencinta adventure, travelling karena dapat langsung menikmati suasana alam dan melihat gunung,” kata Frina yang berharap konsep baru di Kampung Kopi Banaran bisa menjadi tujuan bagi wisatawan keluarga dan tamu dari segala umur.
Coffee Camp di Kampung Kopi Banaran
” Wow….yuhu……” teriak saya terkejut melihat Coffee Camp yang menawarkan sensasi berkemah di tengah perkebunan kopi. Kebetulan ada rekan media yang sudah bangun dan beraktivitas di luar tenda sehingga kami bisa langsung bertamu.
Isi kemah ternyata bisa untuk warga senior karena nyaman bergaya glamping dengan berbagai kebutuhan terpenuhi layaknya kamar hotel.
Frina mengatakan, saat ini terdapat 14 tenda kemping berukuran besar di Coffee Camp. Tenda-tenda tersebut langsung mengarah ke pemandangan gunung serta Rawa Pening.
“Spot coffee camp ini memanjakan pengunjung, jadi saat mereka menginap di Coffee Camp bisa langsung melihat pemandangan di bawah yaitu Rawa Pening dan Gunung Telomoyo,” ungkapnya
Sesuai namanya, di coffee camp telah disiapkan tenda untuk para pengunjung. Namun tenda itu tidak seperti tenda pada umumnya. Sebab, di dalam tenda terdapat fasilitas tempat tidur berupa spring bed sehingga pengunjung akan merasa nyaman ketika beristirahat.
Frina mengaku ingin menjadikan Kampung Kopi Banaran yang terdapat fasiltias coffee camp dan sky view sebagai titik kumpul atau tempat kopi darat dari berbagai komunitas terutama milenial dari komunitas sepeda dan olahraga lainnya hingga ke alumni sekolah hingga universitas.
Puas mata memandang dari atas ketinggian keindahan pemandangan yang ada.Terbayang deh bagaimana sensasinya saat menunggu matahari terbit ( sunrise) dibalik tenda.
Nikmat mana lagi yang bisa kita dustakan dengan bertadabur alam di pagi hari di Kampoen Kopi Banaran ini ? Apalagi kami berdua tidak hanya berkeliling dan melihat-lihat tanaman kopi. Tapi hati ini dibanjiri rasa syukur pada sang pencipta atas keindahan alam yang tinggal dinikmati.
Mengunjungi satu area yang begitu banyak spot menarik untuk berfoto, dimanjakan kuliner yang beragam, sempat menikmati live musik di malam hari, uji nyali di tempat-tempat spot foto yang menantang di Sky View. Terima kasih Ya Rabb.
Recent Posts
- Peta Fraksi dan Kilas Balik Pengesahan UU HPP Pangkal PPN 12 Persen
- AmaWaterways offers ‘savings galore’ for wave campaign
- Kapolda DIY Periksa Pistol dan Surat Tes Psikologi Anggotanya
- NEWH, Inc. Awards $75K in Scholarships During BDNY 2024
- Why coal is being burned more than ever as demand in China and India soars despite carbon emissions warnings | Science, Climate & Tech News
Recent Comments