TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Dibanding tepung beras atau terigu yang terbuat dari gandum, tebung dari hanjeli belum begitu dikenal. Padahal, seperti halnya tepung beras dan terigu, tepung hanjeli juga punya segudang manfaat. Tepung hanjeli bahkan juga bisa diolah menjadi beragam makanan, tak terkecuali roti.
Ini pula yang kemudian mendorong Iis Nuraeni Afgandi kemudian mendirikan Afgandi Food, dan meluncurkan produk roti berbahan dasar tepung lokal hanjeli. Produk roti, yang kemudian ia namai Rotiyu, dan ia branding sebagai roti sehat yang kaya dengan nutrisi.
Untuk menjalankan usahanya, Iis memberdayakan ibu ibu rumah tangga dari kalangan ekonomi lemah yang terjerat oleh bank keliling atau bank emok sebagai karyawannya. Tak hanya untuk membuat roti, mereka juga dilibatkan dalam pemasaran.
“Sekarang sudah ada lima karyawan.” ujar Iis, usai mengikuti kegiatan pendampingan optimasi branding produknya yang diberikan para dosen dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bandung di tempat produksi Rotiyu, Jalan Cijerah No 99, Kota Bandung, belum lama ini.
Sejak diluncurkan pada awal 2020-lalu, roti berbahan dasar hanjeli ini, menurut Iis, dengan segera menarik minat masyarakat. Masih jarangnya produk roti yang menggunakan bahan dasar tepung hanjeli membuat masyarakat penasaran. Itu sebabnya, sekalipun pemasaran hanya dilakukan dari mulut ke mulut di grup-grup Whatsapp, Facebook, dan Instagram, produksi roti sudah lumayan, bisa menghabiskan hingga 20 kilogram tepung hanjeli dalam setiap bulannya.
Pemasaran dan promosi ia lakukan dengan menggunakan media sosial karena cara itulah yang menurutnya paling praktis dan mudah. Meski diakuinya, baik promosi maupun sistem jual belinya masih sangat terbatas.
“Sistemnya saat itu masih by order, karena karyawannya juga tak banyak,” ujar single parent yang memiliki dua anak ini.
Itu sebabnya, menurut Iis, ia sangat gembira dan bersemangat saat bersama semua karyawannya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pendampingan optimasi branding produk dari para dosen dan mahasiswa UMBandung ini.
“Selama ini kami kerap mengalami hambatan, mulai dari produksi yang tidak optimal karena tak memiliki pengetahuan tentang alur produksi yang baik, kurangnya sumber daya manusia, hingga kurang optimalnya penggunaan media sosial untuk memasarkan produk,” ujar Iis.
Di sisi lain, ungkapnya, harapannya tentang usahanya sangat tinggi. “Saya ingin mengembangkan industri rumah tangga ini menjadi go internasional, yang memasarkan produk kearifan lokal Jawa Barat, yakni hanjeli sebagai pangan fungsional yang bukan saja sehat dan kaya dengan nutrisi, tapi juga halal,” ujarnya.
Recent Posts
- Your Stories: Travelosophers’ Gareth Harding looks back at his career in travel
- Bambang Susantono Minta Pembangunan IKN Lebih Sensitif Lingkungan
- TROO Hospitality announces arrival in Central London with iconic Corus Hyde Park hotel
- AI-generated child abuse images increasing at ‘chilling’ rate – as watchdog warns it is now becoming hard to spot | Science & Tech News
- Agent Diary: Isn’t it time travel was regulated with a proper qualification?
Recent Comments