TEMPO.CO, Jakarta -Pengamat ekonomi Institute for Develompent of Economics and Finance (INDEF), Aviliani mengatakan pemerintah perlu menjaga pasokan pangan. Hal tersebut guna mengantisipasi kemungkinan inflasi pasca kenaikan harga BBM atau bahan bakar minyak.
“Jangan sampai menimbulkan kenaikan harga tidak wajar. Karena ketidakpastian itu yang justru menaikkan harga. Dengan kepastian, pengusaha bisa memperhitungkan kenaikan wajar yang bisa dilakukan,” kata Avi ketika menanggapi hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) ihwal respons masyarakat terhadap kenaikan harga BBM, Minggu, 4 September 2022.
Dalam surveinya, LSI menemukan 58,7 persen masyarakat tidak setuju harga BBM naik. Survei tersebut dilakukan pada 13 hingga 21 Agustus dengan melibatkan 1.220 responden yang berusia 17 tahun atau lebih dan dipilih secara random (multistage random sampling). Dalam rentang waktu itu, kenaikan harga BBM menjadi perbincangan publik karena pemerintah sering menyinggung subsidi BBM yang membengkak hingga Rp 502 triliun.
Pemerintah kemudian secara resmi menaikkan harga BBM subsidi pada Sabtu, 3 September 2022. arga Pertalite yang sebelumnya Rp 7.650 per liter kini menjadi Rp 10.000 per liter. Sementara harga Solar naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter. Begitu pula dengan harga BBM nonsubsidi jenis Pertamax yang naik dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.
Avi mengatakan pemerintah perlu memiliki target kemandirian pangan. Pemerintah pusat juga harus melibatkan pemerintah daerah (Pemda). Bukan hanya dari segi anggaran, tetapi dari segi kewenangan.
“Dalam menjaga inflasi, khususnya pangan, harus melibatkan Pemda. Baik dari sisi supply maupun demand. Karena mereka yang paling tahu kebutuhan masyarakatnya,” ujar Avi.
Ihwal bantuan, Avi menyebut langkah pemerintah memberikan bansos sebelum menaikkan harga sudah tepat. Karena itu, penyaluran bansos tersebut perlu dipercepat sebelum masyarakat mengalami gap kenaikan harga-harga.
“Adanya bantuan langsung tunai (BLT) sudah membantu. Paling tidak kalaupun harga kebutuhan naik, kenaikannya dibantu BLT sehingga daya beli tidak menurun,” kata dia.
Baca Juga: Pengamat Sebut Bansos BBM Sangat Kecil dan Jumlah Penerimanya Tak Memadai
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Recent Comments