Fenomena Urbanisasi Pasca Lebaran Bakal Masih Terjadi di Jakarta



Jakarta, CNN Indonesia

Fenomena urbanisasi pasca lebaran rupanya masih akan terus ada meski jika nantinya Jakarta tidak lagi menjadi ibu kota negara.

Hal ini menyusul tren pasca lebaran ketika jumlah orang yang masuk Jakarta lebih banyak dibandingkan jumlah pemudik keluar dari Jakarta.

Sosiolog Universitas Indonesia, Ricardo, menuturkan fenomena ini bakal masih ada karena Jakarta adalah kota dengan perputaran uang terbesar.

“Adapun Jakarta bukan lagi ibu kota negara dalam beberapa tahun ke depan masih dipersepsikan sebagai suatu angan-angan. Karena, secara riil, perputaran uang masih paling nyata terbanyak di Jakarta,”katanya kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (7/5).

Ricardo menjelaskan, ada tiga alasan yang menjadi penyebab jumlah orang yang ke Jakarta dari arus balik lebih banyak daripada arus mudik.

Pertama,orang yang mudik umumnya akan memperlihatkan atau menceritakan tentang “keberhasilan” dan kehidupan di kota besar.

“Sehingga, ini akan menarik bagi yang masih di kampung,” imbuh Ricardo.

Kedua, orang yang baru pertama kali ke Jakarta biasanya akan mencari koneksi atau kolega untuk tempat tinggal beberapa saat. Hal itu diwujudkan dengan meminta kerabat atau tetangga yang telah mapan bermukim di Jakarta.

Ketiga, momen lebaran biasanya juga dijadikan momentum untuk melakukan beberapa perubahan dalam hidup, termasuk mencari kerja.

Sementara itu,sejarawan JJ Rizal menyebut, tradisi merantau ke Jakarta sudah berlangsung sejak masa Hindia Belanda. Tradisi ini semakin meningkat ketika awal abad ke-20.

“Terutama pas kota-kota besar muncul dan industrialisasi meningkat,” kata Rizal dalam kesempatan terpisah beberapa waktu lalu.

Rizal menjelaskan, sejak zaman Belanda di Indonesia, pembangunan terpusat di kota-kota, terutama di Batavia (Jakarta). Oleh sebab itu, aktivitas ekonomi pun juga ikut terpusat.

“Jakarta, kan, pusat sentralisme yang melanjutkan ibu kota kolonial Belanda. Jadi, dia mewarisi yang sudah terjadi pada masa kota Batavia,” ujarnya.

Di sisi lain, pembangunan yang sentralistik juga menyebabkan adanya anggapan soal desa-desa tertinggal. Akibatnya, banyak orang berpikir, jika ingin maju, harus pergi ke ibu kota.

“Karena model pembangunan yang sentralistik itulah desa tidak menjadi ruang uang, tapi juga menjadi sesuatu yang sifatnya ketinggalan. Jadi, kalau mau maju ya pergi ke kota,” jelas JJ Rizal.

(dzu/pra)

[Gambas:Video CNN]






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »