Adu gagasan ini menjawab pertanyaan panelis yang membahas tentang penggunaan sumber daya air secara besar-besaran pada Hotel, Vila, Homestay hingga mal. Pengunaan air itu kadang tidak terkontrol, sehingga menurunkan kuantitas dan kualitas air tanah.
Tapi, di balik itu daerah sebetulnya diuntungkan di sektor pariwisata. Lalu, pertanyaan panelis adalah:
‘Bagaimana strategi kebijakan Pasangan calon dalam mengatasi penurunan dalam kuantitas dan kualitas air tanah dengan melibatkan sektor lainnya?’
Berikut jawaban masing-masing Paslon:
Koster Larang Pengambilan Air Tanah-Pipanisasi
Koster mengaku Bali sebagai daerah wisata menghadapi masalah penyediaan air bersih. Padahal, debit air sebenernya mampu memenuhi kebutuhan air bersih untuk warga, pariwisata dan pertanian.
“Masalahnya adalah bagaimana mendistribusikan air dari sumber air ke wilayah-wilayah yang tidak memiliki sumber air termasuk mendistribusikan air ke hotel, vila maupun fasilitas usaha wisata lainnya,” kata Koster.
Menurutnya, pengambilan air bawah tanah ini merusak ekosistem alam. Dia bakal melarang baik usaha pariwisata dan warga melakukan pengambilan air bawah tanah.
“Harus diberlakukan larangan untuk pengambilan air bawah tanah karena itu merusak ekosistem,” katanya.
Koster juga mencanangkan program pipanisasi. Pipanisasi sebagai salah satu upaya untuk menyalurkan air bersih ke daerah wisata, warga dan pertanian. Koster mencontohkan Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Buleleng sebagai daerah yang sulit mengakses air bersih.
Dia menuturkan, sebuah sumber mata air di Kecamatan Abang bisa dibuatkan sistem pipanisasi untuk mendistribusikan air bersih ke Kecamatan Kubu dan lainnya di Kabupaten Karangasem.
Sementara itu, bendungan Tamblang di Kabupaten Buleleng telah beroperasi sehingga bisa dibangun pipa untuk mendistribusikan Kecamatan Buleleng, Kubu, Tejakula dan Gerogak.
“Ini jadi program prioritas agar bali berdaulat di bidang pangan,” katanya.
Selanjutnya, mendorong Pemda setempat mengelola perusahaan daerah mengelola program pipanisasi. Terutama di hotel-hotel dan restoran di daerah wisata terutama Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Badung.
Pemerintah Kabupaten/kota memberdayakan perusahaan daerah untuk mengelola air lebih efektif dan efisien serta memprioritaskan program pipanisasi dengan APBD yang ada, kalau APBD daerah tidak memadai maka pemerintah provinsi akan mendorong dengan dukungan APBD,” katanya.
De Gadjah Usung Program Reboisasi-Ubah Air Laut jadi Air Tawar
Sementara itu, De Gadjah mengusung reboisasi.
“Dan untuk air bawah tanah yang memang selama menjadi permasalahan di daerah selatan, di mana hotel-hotel vila memang banyak mengambil air bawah tanah, dan kami memiliki strategi dimana reboisasi yang selama ini tidak pernah dilakukan, kita akan melakukan reboisasi,” katanya.
Selanjutnya, melakukan program biopori massal, membangun tempat penampungan air hujan dan mengubah air tawar menjadi air laut. Dr Gadjah membebankan biaya mengubah air laut menjadi air tawar ini kepada hotel dan restoran.
“Tentunya air laut kita ubah jadi air tawar di mana pembiayaan dilakukan oleh hotel tersebut,” katanya.
Recent Posts
- Remaja Asal Bandung Jadi Korban TPPO di Saudi, Terlena Iming-iming Gaji
- Agents offered Gordon Ramsey cookery masterclass in St Kitts incentive
- Kabareskrim Kirim Tim Usut Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan
- U.S. Travel Inducts William D. “Bill” Talbert, III, Christopher L. Thompson into Hall of Leaders
- Instagram unveils new feature as govt tightens online safety rules | Science, Climate & Tech News
Recent Comments