Rachel Dessy: Memelihara Hubungan dengan Kecerdasan Spiritual


Rachel Dessy ( Foto-foto: dok. pribadi)

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Menikmati foto-foto aktivitas dari kegiatan  Rachel Dessy sebagai tour leader internasional sangat mengasyikkan. Pengalamannya yang beragam dengan spesialisasi ke tanah suci umat Nasrani ( holyland) maupun memimpin tour di kawasan Timur Tengah seperti Dubai, Abu Dhabi, Israel, Palestina, Mesir, Turki, Yordania adalah kekayaan pengalaman yang sangat berharga.

“Bepergian adalah bagian dari hidup saya dan Liburan adalah pekerjaan saya,” kata Rachel Dessy, nama wanita cantik ini memulai percakapan dengan senyum manisnya. Sikapnya yang santun dan bentuk tubuh dan tinggi badannya bak seorang model membuatnya menjadi pusat perhatian.

Bagi sarjana pendidikan bahasa Inggris di Universitas Sanata Dharma, Jogyakarta yang bekerja di sebuah Destination Management Company ( DMC) Rida International yang berkantor pusat di Dubai dan kantor-kantor  cabang di Lebanon dan negara lainnya, pekerjaannya memang memberikan kenyamanan orang berlibur. 

“Disamping itu jika saya punya uang Rp 200 juta, misalnya, daripada saya beli tas branded mendingan saya pakai buat liburan karena uang itu bisa saya gunakan untuk memperkaya pengalaman seperti melihat keindahan Aurora di Finlandia, berlayar dengan kapal pesiar atau keliling Indonesia untuk mengeksplor keindahan alam dari bumi pertiwi ” ungkap ibu dari Emerson, anak semata wayangnya yang kini duduk di sekolah menengah atas ( SMA). 

Siapa yang tidak terpesona dengan keindahan Aurora Borealis atau yang sering dikenal dengan nama cahaya kutub? Memandang kilauan warna-warni yang berdansa di langit malam adalah pengalaman yang memikat hati dan sulit untuk dilupakan.

 “ Aku juga baru pulang kampung ke Solo, Jateng dan sempat menikmati air terjun Grojogan Sewu di Tawangmangu bersama anakku Emerson dan tante-tantenya. Aku seneng sekali dan puas berwisata ke sana,” ujarnya riang karena keindahan alam membuatnya dapat menghirup udara segar, bisa mendidik anaknya secara spiritual bahwa tuhan Maha Pencipta. Kedekatan dengan alam membuat hubungan spiritual seseorang dengan sang penciptanya akan lebih erat, tambahnya.

Oleh karena itu berwisata baik di dalam dan luar negri benar-benar dinikmatinya sehingga pengalamannya terus bertambah. Tak heran kemahirannya membawa tour di berbagai belahan dunia seperti Eropa Timur, Eropa Barat, Jepang, Korea, China, Mongolia, Asia, Amerika dan Australia telah membuat sepanjang karirnya Rachel mampu melayani dengan profesionalitas yang tinggi.

“Bagi seorang tour leader sertifikasi dan  profesionalisme harus dijunjung tinggi. Makanya saya prihatin banget dengan oknum tour leader yang berhasil menipu dan membawa lari uang calon peserta tour. Mereka yang mengaku tour leader haruslah bersertifikat sehingga benar-benar memiliki kemampuan,” kata wanita yang pendidikan strata duanya Magister Pendidikan juga.

Sayangnya kini juga banyak perusahaan perjalanan yang mengirim tour leader yang belum bersertifikasi, kurang pengalaman karena aji mumpung dengan bangkitnya minat berwisata warga dunia termasuk Indonesia akan wisata balas dendam akibat pembatasan selama tiga tahun pada masa COVID lalu.

Kini minat berwisata tinggi tapi tour leadernya kebanyakan cuma jadi tukang foto group yang dibawanya. Pengetahuan tentang destinasi yang dikunjungi minim dan berdampak pada buruknya pelayanan terhadap anggota tour.

Ingatannya melayang saat baru bekerja dengan sertifikasi dari Indonesian Tour Leader Association ( ITLA) spesialisasi holyland saat baru berumur 20 tahunan. Pilihannya mengawali dengan sertifikasi holyland ternyata tepat karena peserta tour yang dibawanya juga seperti umat Islam yang melakukan Haji dan Umroh ke Tanah Suci Mekkah, memiliki spiritual yang tinggi dan ingin terus meningkatkan keimanannya.

Dalam hal ini Rachel Dessy yang bolak-balik 45 kali membawa tour ke Israel dan tempat-tempat suci umat Nasrani lainnya benar-benar memiliki banyak pengalaman spiritual dengan para pesertanya yang memiliki doa-doa khusus seperti memohon kesembuhan penyakit, memohon keturunan dan beragam doa lain, meminta Tuhannya mengabulkan permintaan mereka.

“ Biasanya setelah membawa tour dan kembali ke tanah air saya mendapat kabar gembira dari peserta bahwa doa-doa mereka dikabulkan dan Whatsapp group yang dibuat banyak mengekspresikan sukses atau tidaknya tour yang kita bawa. Bahagianya kalau di mall suka jumpa peserta tour yang masih ingat dengan saya sebagai tour leadernya padahal semua sudah lama berlalu. Keakraban dan reuni-reuni membuat persaudaran baru,” kata Rachel Dessy.

Mantan Direktur di MissionTour Holyland Pilgrim ini mengungkapkan banyak pula pengalaman yang tidak terlupakan. Di Yordania, misalnya,  ternyata hotel tempat dia tinggal bersama group tour, Radisson SAS menjadi sasaran bom di tahun 2005. 

Rachel yang memiliki kepekaan setelah acara makan pagi tiba-tiba minta pada peserta tour untuk mengumpulkan kopor-kopor di Lobby. Jika semua sudah mengumpulkan agar langsung masuk bis-bis meskipun mereka check-out masih jam 12.00 siang.

“Ternyata koper peserta sudah siap dari jam 10.00 pagi. Jadi saya ajak semua keluar dari hotel dan menuju mall dan setelah jam 12.00 akan menuju bandara. Setelah keluar dari hotel lebih cepat itulah bom di hotel meledak. Kami bisa menyaksikan dasyatnya kejadian itu di televisi saat di Bandara Yordania. Itulah panduan tuhan untuk umatnya yang baru menyelesaikan paket holyland. Semua selamat kembali ke tanah air,” ungkapnya.

 

Suka-duka membawa group tour yang mewarnai hidupnya menjadi pembelajaran yang berharga sebagai ibu tunggal karena ayah Emerson wafat saat anak itu duduk di kelas tiga Sekolah Dasar. Pembelajaran yang dia maksud adalah keyakinan bahwa setiap musibah selalu ada solusi.

Misalnya ketika pasangan suami-istri berpendidikan tinggi saat menjadi peserta tour di dalam bis bertengkar hebat dan tidak peduli dengan anggota tour lainnya meski Rachel sudah berusaha melerai. Kehebohan itu bertambah saat sang istri tiba-tiba menampar suami di depan puluhan mata.

Dalam sekian detik dia harus mengatasi situasi sambil menjamin jadwal perjalanan tour tidak terhambat. Alhasil fungsinya hari itu juga bertambah untuk menenangkan pasangan suami/istri ( pasutri) sekaligus menjadi konsultan perkawinan.

Lain waktu dengan group berbeda di hari kedua tour di Eropa, seorang wanita baya merasa sakit di dalam bis. Wanita itu wafat saat Rachel baru saja menyandarkan tubuhnya untuk memberikan pertolongan pertama. Kematian wanita yang seolah mengantarkan nyawa ke lain benua itu membuatnya syok tapi tetap harus berfikir jernih untuk mengurus ke rumah sakit, mengontak kedutaan RI, memulangkan jenazah dan peserta tour lainnya tetap bisa menikmati perjalanannya.

“Pelajarannya kan kita tidak pernah tahu kapan kematian itu datang bahkan lokasinya dimana juga kita tidak tahu di benua yang beda. Jadi ketika hal itu terjadi dan malaikat bertanya sudahkah kita berbuat baik ? apa bekal kita untuk pulang ?,”

Pengalaman batin, pengalaman spiritual itulah yang membuat Rachel Dessy berkeyakinan mengapa seseorang harus memiliki hubungan yang baik dengan tuhan maupun sesama manusia disertai  kecerdasan emosional yang tinggi karena sebagai orang yang beragama maka tuhan akan “berkomunikasi” dengan suara hati dengan umatnya.

“Kalau orang memilih tidak beragama maka bisa terlihat dari kehidupannya sehari-hari yang berkutat dengan masalah tidak ada habisnya. Sadarkah dia bahwa agama mengajarkan kebaikan sehingga kalau di alkitab maupun di Al-quran seseorang akan dimintai pertanggungan jawabnya maka dia punya bekal untuk menghadapi hari akhir dan kehidupan berikutnya,” ujar penganut Kristen Protestan setelah pernikahannya hingga sekarang.

Tidak usah menuntut anak misalnya, menjadi ahli agama. Dia bisa mengisi hidupnya untuk berbuat kebaikan saja sudah lancar hidupnya di dunia. Hal itu diyakininya setelah 45 X mengikuti jejak Yesus menjalankan paket wisata rohani sesuai tuntunan agama maka dia jauh dari kehidupan glamour dan bebas. 

“Pekerjaan ini saya syukuri sebagai sesuatu pilihan tuhan. Menyadari bahwa kita sesungguhnya adalah pilihan tuhan  menjadi sesuatu banget,” tegasnya.

Untuk mengajarkan pada anak maka kita harus memberikan contoh lewat doa pagi maupun doa malam yang khusuk dan melibatkan dia pula. Anak harus melihat kesungguhan mamanya meminta pada jalur langit ( tuhan) dan alam semesta akan mendukung, kata penggemar olahraga jalan pagi dan renang ini.

Anak gaul jaman sekarang perlu ditanamkan nilai-nilai hidup bukan cuma matematika, hitung-hitungan ekonomi dan biaya hidup. Namun hidup di dunia digital juga harus punya strategi dalam menyampaikan bahwa nilai-nilai lebih berharga daripada cuan           ( profit).

“Perempuan itu sudah ditakdirkan lebih kuat loh daripada lelaki oleh karena itu obat kuat ditujukan pada laki-laki. Iklannya selalu menonjolkan keperkasaan lelaki,” kata Rachel pada Emerson.

Lewat kalimat pembuka itu dia lalu menanamkan pada anaknya bahwa Emerson tidak perlu obat kuat dalam kehidupannya berkeluarga nanti. Tapi perkuatlah iman pada tuhan karena kalau sudah mendapatkan cintanya tuhan maka dia akan mendapatkan cinta lainnya seperti pasangan hidup yang juga memiliki cinta pada tuhan, harta dan kedudukan akan mengikuti.

“ Hubungan dengan tuhan dan dengan sesama manusia itu harus nyata dan diusahakan untuk merawatnya bukan sesuatu yang jadi cita-cita saja. Harus diwujudkan dan dipraktekkan sehingga kita memiliki networking yang luas dan tuhan akan pilihkan orang baik bertemunya dengan orang baik pula, punya ‘frekwensi’ yang sama dan terbukti kebenarannya,” kata anak bontot dari lima bersaudara yang kini berusia 44 tahun.

Sebagai penganut Katolik saat Rachel kecil, dia mengaku banyak menghabiskan waktu di rumah dan di sekolah. Kalaupun ada privat les juga tetap dilakukan di rumah. Berbeda dengan anak sekarang yang punya komunitas hobby, keluar masuk mall dan mudah pergi bersama teman sebaya 

Merasa ‘dipingit’ oleh orangtuanya, Rachel lantas bercita-cita ingin menjelajah dunia dan membekali diri dengan kuliah bahasa Inggris serta merantau ke Jogja. Ternyata orangtua memang menginginkan anaknya cukup umur dulu untuk mandiri dan setelah lulus kuliah Rachel bisa ‘ terbang’ kemana saja dia mau dengan bekal iman dan ilmu yang cukup.

Kini di tempatnya bekerja di Dubai maupun Lebanon, paket tour holyland tetap menjadi favoritnya. Sebagai Manajer Penjualan Eksekutif untuk kawasan ASIA di Rida Internasional yang berkomitmen terhadap layanan berkualitas sejak tahun 1966, Rachel juga berkomitmen untuk tetap menjadi tour leader.

“Hal yang penting dalam hidup saya berbuat baik dan berkomitmen dengan pelayanan  terbaik. Klien-klien saya saat ini adalah perusahaan tours & travel termasuk Haji dan Umroh. Saya senang berbagi pengetahuan pada mereka dan tidak pilih-pilih dalam melayani. Dua atau empat peserta akan tetap dilayani sebagai free individual traveler ( FIT),” jelasnya.

Berwisata adalah belanja pengalaman sekaligus menunjukkan baktinya pada tuhan. Oleh karena itu pada penipu berkedok tour leader dia mendoakan mereka segera menjadi orang baik karena ibarat pepatah  “Karena nila setitik rusak susu sebelanga.” Karena ulah satu oknum tercoreng seluruh profesi tour leader sedunia.  

Rachel melihat jam tangannya, saatnya untuk pergi dan memenuhi janji berikutnya  bertemu dengan klien-klien lainnya. Di Jakarta, dia mengelilingi ibukota, mengajar dan berbagi pengetahuan tentang destinasi yang ditanganinya termasuk Arab Saudi yang tidak lagi mengandalkan wisata religi umroh dan haji, tapi tengah menyiapkan wisata Neom, termewah di dunia. Masya Allah bikin penasarankan … kamipun berpisah dengan perut kenyang dan otak yang dipenuhi inovasi, kreativitas dan afirmasi. Au Revoir Rachel Dessy….

 

 



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »