Alasan Prajurit Kulit Hitam AS Kabur ke Korut: Cari Perlindungan dari Rasisme


Sebuah layar TV menampilkan gambar tentara Amerika Travis King selama program berita di Stasiun Kereta Api Seoul di Seoul, Korea Selatan. Foto: Ahn Young-joon/AP Photo
Sebuah layar TV menampilkan gambar tentara Amerika Travis King selama program berita di Stasiun Kereta Api Seoul di Seoul, Korea Selatan. Foto: Ahn Young-joon/AP Photo

Alasan seorang prajurit Amerika Serikat nekat berlari ke Korea Utara dari Zona Demiliterisasi Korea (DMZ) dilaporkan lantaran dia ingin mencari perlindungan dari rasisme dan diskriminasi di militer AS.

Travis King (23 tahun), dilaporkan telah berada di dalam tahanan Korea Utara sejak Rabu (19/7), usai secara sengaja berlari melintasi DMZ demi memasuki wilayah negara terisolir tersebut.

Dikutip dari Reuters, KCNA, pada Rabu (16/8) melaporkan King ingin berlindung di Korea Utara — atau negara ketiga, akibat mengalami penganiayaan dan rasisme di AS serta institusi militernya sendiri.

Adapun ini adalah pernyataan publik pertama dari Korea Utara atas kasus King, sejak dia menyeberang dari Korea Selatan pada Selasa (18/7).

Para penyelidik Korea Utara menyimpulkan, King melakukan hal itu dengan mengenakan pakaian sipil dan secara sengaja. Tujuannya yaitu untuk bisa tinggal di Korea Utara atau di negara lain, selain Amerika Serikat.

"Selama penyelidikan, Travis King mengaku bahwa dia telah memutuskan untuk datang ke Korea Utara karena dia memendam perasaan benci terhadap penganiayaan yang tidak manusiawi dan diskriminasi rasial di dalam Angkatan Darat AS," lapor KCNA.

"Dia juga menyatakan kesediaannya untuk mencari perlindungan di Korea Utara atau negara ketiga, dan mengatakan bahwa dia kecewa dengan masyarakat Amerika yang tidak setara," pungkasnya.

Zona Demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan di Paju, Korea Selatan. Foto: Anthony WALLACE / AFP
Zona Demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan di Paju, Korea Selatan. Foto: Anthony WALLACE / AFP

KCNA menambakan, saat ini King berada di bawah kendali ketat tentara Korea Utara setelah aksi penyeberangannya. Penyelidikan, sambung KCNA, sampai sekarang masih berlangsung.

Terpisah, keluhan King yang dilaporkan oleh KCNA sempat pula disampaikan oleh pamannya, Myron Gates, saat diwawancarai oleh ABC News pada bulan ini.

Gates mengatakan, keponakannya yang berkulit hitam itu mengalami tindakan rasisme selama masa wajib militernya. King yang sempat ditahan di Korea Selatan selama dua bulan atas dugaan kekerasan itu juga disebut sudah menjadi sosok berbeda sejak menjalani hukuman penjara.

"Dia [Travis King] menghadapi dua tuduhan penyerangan di Korea Selatan, dan akhirnya mengaku bersalah atas satu kasus penyerangan dan pengrusakan properti publik karena merusak mobil polisi saat terjadi omelan yang mengandung kata-kata kotor terhadap warga Korea," demikian dokumen pengadilan Korea Selatan.



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »