TEMPO.CO, Jakarta – Bursa Efek Indonesia merupakan bursa efek yang sangat penting bagi perekonomian di Indonesia. Tak hanya itu, banyak yang tidak mengetahui bahwa Bursa Efek Indonesia telah didirikan sejak jaman kolonial Belanda.
Dilansir dari laman resmi idx.co.id, instrumen pasar modal atau bursa efek telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Sejarah mencatat bahwa pasar modal pertama yang bernama Bursa Efek Jakarta atau Vereniging Voor de Effectenhandel telah didirikan sejak 14 Desember 1912 oleh pemerintah kolonial Belanda di Batavia. Latar belakang didirikannya pasar modal ini adalah untuk penunjang kepentingan Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC.
Mengutip jurnal yang diterbitkan oleh repository.uir.ac.id, pada waktu itu sistem perdagangan yang ditawarkan oleh Bursa Efek Jakarta berbentuk lelang di mana tiap pialang mengajukan penawaran dari efek yang dijual hingga ditentukan bersama kesepakatan mengenai harga. Bursa efek pada saat itu bersifat demand-following yang dimana menuruti kebutuhan para investor dan para pedagang efek perusahaan.
Perjanalanan dari Bursa Efek Jakarta atau BEJ memiliki banyak hambatan di beberapa periode akibat banyak faktor eksternal, seperti meletusnya perang dunia pertama dan kedua, transisi pemerintahan dari pemerintahan kolonial Belanda ke pemerintahan Orde Baru, hingga berbagai faktor internal yang menyebabkan Pasar Modal Indonesia (BEI) tidak tumbuh dan berkembang seperti yang diharapkan.
Selanjutnya, melansir dari idx.co.id, pada 1914 hingga 1918 Bursa Efek Jakarta ditutup selama terjadinya Perang Dunia Pertama. Kemudian, Bursa Efek Jakarta kembali dibuka bersamaan dengan dibukanya Bursa Efek Semarang dan Bursa Efek Surabaya pada 1925 hingga 1942.
Lalu pada 1942, Bursa Efek Jakarta kembali ditutup akibat adanya Perang Dunia Kedua selama 1942 hingga 1952. Sedangkan, Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Semarang telah ditutup terlebih dahulu pada 1939 akibat isu politik Perang Dunia Kedua. Keberadaan bursa efek terakhir yang dimiliki oleh pemerintah kolonial adalah pada 1956 sebelum diberlakukannya program nasionalisasi perusahaan oleh pemerintahan Orde Lama dan vakum hingga 1977.
BEJ dan BEI
Dilansir dari idx.co.id, 10 Agustus 1977 merupakan peresmian Bursa Efek Jakarta oleh Presiden Soeharto. Keberadaan BEJ ini dinaungi oleh Badan Pelaksana Pasar Modal atau BAPEPAM yang ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. Pada awal kemunculannya, BEJ tidak mendapatkan sambutan yang baik dari masyarakat, karena masyarakat pada waktu itu lebih memilih instrumen perbankan. Hingga 1987, aktivitas perdagangan di BEJ menjadi lesu dengan hanya memiliki 24 emiten selama 10 tahun.
Akibat lesunya perdagangan, akhirnya pemerintah Orde baru melakukan deregulasi terkait peraturan perundang-undangan pasar modal yang akan memudahkan emiten dan para investor. pada 1987, pemerintah Indonesia menyusun Paket Desember 1987 yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia. Selanjutnya, pemerintah Indonesia juga meluncurkan Paket Desember 1988 yang juga memberikan kebijakan positif bagi pertumbuhan pasar modal di Indonesia.
Lalu, pada 2 Juni 1988 terbentuk Bursa Paralel Indonesia yang diprakarsai oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek atau PPUE. Kemudian, pada 16 Juni 1989 juga dibentuklah Bursa Efek Surabaya yang dikelola oleh PT Bursa Efek Surabaya. Pada 1995, Bursa Paralel Indonesia melakukan merger dengan Bursa Efek Surabaya.
idx.co.id, juga mencatat terjadinya swastanisasi Bursa Efek Jakarta pada 1992 dan perubahan fungsi dari Badan Pelaksana Pasar Modal menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.
Melansir jurnal dari repository.uir.ac.id, pada 2007 menjadi titik penting bagi perkembangan pasar modal di Indonesia. Pada tahun itu, Bursa Efek Indonesia melakukan penggabungan dengan Bursa Efek Jakarta yang kemudian sepakat untuk menjadi Bursa Efek Indonesia hingga saat ini.
MUHAMMAD SYAIFULLOH
Baca: Jumlah Investor Bursa Efek Indonesia Lebih dari 9 Juta, Lokal Masih Mendominasi
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Recent Comments